Sumber: infojambi.com
Kampanye sustainable
fashion terus digaungkan. Kepedulian masyarakat akan kelangsungan dan
kelestarian lingkungan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran akan
bahaya sampah plastik. Penggunaan kain sintetis berbahan dasar plastik pun
terus ditekan. Atas dasar inilah, pemanfaatan viscose dalam industri fashion
terus tumbuh dan mendorong perusahaan SukantoTanoto untuk ikut menjadi bagian dari perubahan.
Viscose merupakan produk tekstil yang berasal dari serat
kayu. Karena terbuat dari bahan alami, bahan tekstil yang satu ini cenderung
lebih mudah terurai. Sifatnya yang lebih ramah lingkungan menjadi alasan kenapa
viscose dipilih sebagai salah satu jawaban dalam mewujudkan sustainable fashion. Namun di tangan
unit bisnis Sukanto Tanoto, nilai viscose
sebagai bahan tekstil ramah lingkungan dikembangkan ke level yang lebih tinggi.
Asia Pacific Rayon dan Produksi Viscose Yang Terintegrasi
Dalam industri serat viskose, Sukanto Tanoto memiliki dua unit bisnis yang menjadi ujung
tombaknya. Kedua unit bisnis tersebut adalah Sateri dan Asia Pacific Rayon
(APR).
Sateri sendiri merupakan produsen serat viscose yang
bermarkas di Cina dengan kapasitas produksi mencapai 1,1 juta ton metrik per
tahunnya. Di sisi lain, APR merupakan unit bisnis Royal Golden Eagle yang masih
terbilang baru. Pabriknya sendiri baru mulai beroperasi pada tahun 2019 lalu.
Meski kapasitas produksinya masih di angka 240.000 ton metrik, unit bisnis Sukanto Tanoto ini memiliki kelebihan
yang menjadikannya sebagai salah satu produsen viscose yang paling dekat dengan
prinsip-prinsip keberlanjutan.
Asia Pacific Rayon (APR) merupakan produsen viscose
terintegrasi pertama di Asia. Konsep terintegrasi secara penuh ini memungkinkan
APR menerapkan praktek operasional produksi yang ramah lingkungan dan
bertanggung jawab.
Sebagian besar bahan baku viscose APR diambil dari hutan
tanaman industri milik APRIL Group yang juga merupakan salah satu unit bisnis
Royal Golden Eagle. Hutan tanaman industri tersebut juga sudah memiliki
sertifikasi internasional PEFC dan dikelola dengan cara-cara yang lestari.
Proses produksi viscose APR juga dilakukan dengan berpegang
pada prinsip keberlanjutan. Peningkatan pemulihan bahan kimia dan menurunkan
emisi yang dihasilkan adalah cara yang ditempuh APR dalam mencapai tujuan
tersebut.
Wujudkan Transparansi Rantai Produksi dengan Teknologi
Perusahaan bisa saja mengklaim bahwa pihaknya telah
menerapkan praktek industri yang berkelanjutan. Namun jika klaim tersebut hanya
berasal dari pihak perusahaan, validitasnya jelas patut dipertanyakan.
Transparansi rantai produksi juga dibutuhkan sebagai alat monitoring publik.
Untuk mewujudkan transparansi rantai produksi, Asia Pacific
Rayon (APR) mengembangkan aplikasi “Follow
Our Fibre”. Aplikasi mobile yang
dibangun di atas teknologi blockchain
ini dibuat untuk membantu pelanggan memeriksa asal usul produk viscose yang
mereka beli langsung dari smartphone yang mereka miliki.
“Follow Our Fibre”
tercipta dari kerja sama antara Asia Pacific Rayon (APR) dengan Perlin. Perlin
sendiri merupakan perusahaan pengembang teknologi blockchain. Pemilihan teknologi blockchain
sebagai fondasi aplikasi ini tidak lepas dari karakteristiknya yang memiliki
aksesibilitas tinggi, terintegrasi dan aman.
Komitmen Asia Pacific Rayon (APR) dalam mendukung
terwujudnya sustainable fashion juga
diwujudkan dalam bentuk sponsorship
terhadap ajang peragaan busana yang mengampanyekan isu kelestarian lingkungan.
Mulai dari MUFFEST 2019 hingga Bali Fashion Trend 2020, unit bisnis Sukanto
Tanoto tersebut ikut terlibat dalam pelaksanaannya.
0 komentar:
Posting Komentar